KARTUL BAB 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara – cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kodisi yang berbeda (Reigeluth, 1983; Degeng, 1989). Selain itu, strategi pembelajaran dapat dimaksud dengan cara - cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. ![「strategi pembelajaran」の画像検索結果](https://lh4.googleusercontent.com/QCgG1a03wtR6jA9mC9H-Edkdr-3EwHcxD5_wAvVQQ-Gm-5U0B_H673iC3_j4sCntvO8A_jVmDe2rkoC5x2a03rEcTCOz5nq_5hQLdyomX0UF4YWcay8cQMJsmtJ75xpnF5ikQsbh8Oa_Jik2DQ)
![](https://docs.google.com/drawings/u/0/d/sc_SvSD57KVEbne7XsvCd3g/image?w=377&h=35&rev=1&ac=1&parent=1pJczLZAHM317-4yT4yktQ-e_6FEqLj2FFRfhEWL8Xz4)
Definisi strategi pembelajaran menurut para ahli :
- Sanjaya, Wina (2007)
Pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat pola umum dimaksud dengan macam dan urutan perbuatan yang dimaksud nampak dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta didik di dalam bermacam - macam peristiwa belajar. Sehingga strategi menunjuk kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam peristiwa belajar mengajar.
- Kemp (1995)
Mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
- Kozma (Sanjaya, 2007)
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat meberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
- Egger Kauchak dan Harder
Strategi mengajar adalah jenis - jenis metode mengajar yang khusus direncanakan untuk mencapai tujuan khusus.
- Gerlach dan Ely (1990)
Strategi merupakan cara - cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi pembelajaran dimaksudkan meliputi sifat lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
- Gropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998)
Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Mereka menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat diperaktekkan.
- Gillistrap Martin
Strategi pembelajaran adalah pola ketrampilan dan perilaku guru yang dimaksudkan untuk menolong siswa mencapai tujuan pengajaran.
- Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998)
Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
- Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007)
Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran bukan hanya sebatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada pendidik.
- Hamzah B. Uno (2008:45)
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
- Suparman (1997:157)
Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
- Hilda Taba
Strategi pembelajaran adalah pola atau urutan tingkah laku guru untuk menampung semua variabel - variabel pembelajaran secara sadar dan sistematis.
- Raka Joni (1980)
Pola umum perbuatan guru siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar yang menunjuk kepada karakteristik abstrak dari pada rentetan perbuatan guru-siswa tersebut.
- J.R David (Wina Sanjaya, 2008)
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
- Miarso (2004) dalam Buku Warsita (2008:266)
Strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja agar peserta difasilitasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diterapkan.
- Sadiman,dkk (1986) dalam bukunya Warsita (2008:266)
Strategi pembelajaran adalah usaha - usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber - sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik.
- Alim Sumarno (2011)
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh pembelajar atau instruktur dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan fasilitas kepada pembelajar menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran tertentu yang telah ditetapkan.
- Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1995)
Strategi pembelajaran adalah sebagai pola - pola umum kegiatan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
- A.J. Romiszowski (1981)
Strategi pembelajaran adalah suatu pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi dari perintah - perintah terpilih untuk metode pembelajaran.
Komponen strategi belajar mengajar :
- Tujuan pengajaran
Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar-mengajar. Tujuan pengajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap tertentu tidak akan dapat dicapai jika strategi belajar-mengajar berorientasi pada dimensi kognitif.
- Guru
Masing - masing guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup, maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pemilihan strategi belajar-mengajar yang digunakan dalam program pengajaran.
- Peserta didik
Di dalam kegiatan belajar-mengajar, peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda - beda. Setiap lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Masing - masing berbeda - berbeda pada setiap peserta didik. Semakin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau variasi di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun suatu strategi belajar-mengajar yang tepat.
- Materi pelajaran
Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi informal adalah bahan - bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan - bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan aktual. Komponen ini merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar.
- Metode pengajaran
Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
- Media pengajaran
Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar. Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan kefektifan media yang digunakan oleh guru.
- Faktor administrasi dan finansial
Termasuk dalam komponen ialah jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan ruang belajar, yang juga merupakan hal - hal yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan strategi belajar-mengajar.
Variable Strategi Pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Strategi pengorganisasian ( organizational strategy )
b. Strategi penyampaian ( delivery strategy )
c. Strategi pengelolan ( management strategy )![](https://docs.google.com/drawings/u/0/d/sGyJwiS7cXUc3B4tlilXdHQ/image?w=178&h=53&rev=1&ac=1&parent=1pJczLZAHM317-4yT4yktQ-e_6FEqLj2FFRfhEWL8Xz4)
![](https://docs.google.com/drawings/u/0/d/sNNdQ8ZKuOHVvsQ_ZX5TgSA/image?w=178&h=53&rev=1&ac=1&parent=1pJczLZAHM317-4yT4yktQ-e_6FEqLj2FFRfhEWL8Xz4)
2.2 Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Strategi pengorganisasian adalah cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensistensis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan dengan suatu isi pembelajaran. Sequencing terkait dengan cara pembuatan urutan penyajian isi suatu bidang studi, dan synthesizing terkait dengan cara untuk menunjukkan kepada siswa hubungan / keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, atau prinsip suatu isi pembelajaran.
Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dipilah menjadi dua, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi pengorganisasian mikro adalah strategi untuk menata urutan sajian untuk suatu ide tunggal, sedangkan strategi makro adalah stategi untuk menata urutan keseluruhan isi bidang studi.![](https://docs.google.com/drawings/u/0/d/sqUM9XK4fMaynE88tIoNC5w/image?w=529&h=216&rev=1&ac=1&parent=1pJczLZAHM317-4yT4yktQ-e_6FEqLj2FFRfhEWL8Xz4)
![](https://docs.google.com/drawings/u/0/d/sAhmFbnG_2i7hQQRC6JVDmg/image?w=377&h=35&rev=1&ac=1&parent=1pJczLZAHM317-4yT4yktQ-e_6FEqLj2FFRfhEWL8Xz4)
2.3 Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaiann adalah cara - cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima serta merespons masukan - masukan dari siswa. Dengan demikian, strategi ini juga dapat disebut sebagai stategi untuk melaksanakan proses pembelajaran. Gagne dan Briggs (1979) menyebut strategi ini dengan delivery system, yang didefinsikan sebagai “ the total of all components necessary to make an instructional system operate as intended ”. Pada dasarnya strategi penyampaian mencakup lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran, dan kegiatan - kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan satu komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran. Itulah sebabnya, media pembelajaran merupakan bidang kajian utama strategi ini (Degeng, 1989).
Menurut Degeng (1989) secara lenkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mempreskiripsikan stategi penyampaian, yaitu :
1) Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siwa, baik berupa orang, alat, ataupun bahan.
2) Interaksi siswa dengan media adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media dalam menrangsang kegiatan belajar.
3) Bentuk ( struktur ) belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada apakah siswa belajar dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan, ataukah belajar mandiri.
2.3.1 Media Pembelajaran
Menurut Martin dan Briggs (1986), media pembelajaran adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti komputer, televisi, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.
Leshin, Pollock, dan Reigeluth (1992) mengklafikasi media pembelajaran kedalam lima kelompok, yaitu :
1) media berbasis manusia (pengajar, instruktur, tutor, bermain peran, dan kegiatan kelompok)
2) media berbasis cetak (buku, buku latihan, dan modul)
3) media berbasis visual (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, dan slide)
4) media berbasis audio visual (video, film, program slide tape, dan televisi)
5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext).
Menurut Degeng (1989) ada lima cara untuk mengkalsifikasikan media pembelajaran untuk keperluan mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu : 1) tingkat kecepatan representasi
2) tingkat interaktif yang ditimbulkan
3) tingkat kemampuan khusus yang dimiliki
4) tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan
5) tingkat biaya yang diperlukan.
2.3.2 Interaksi Siswa dengan Media
Dalam proses pembelajaran, media yang digunakan guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga mampu merangsang dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Dengan demikian, akan tumbuh interaksi antara media pembelajaran dan siswa dalam belajar. Adanya interaksi positif antara media pembelajaran dan siswa pada akhirnya akan mampu mempercepat proses pemahaman siswa terhadap isi pembelajaran. Itulah sebabnya komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan - kegiatan belajar tersebut (Dengeng, 1989).
2.3.3 Bentuk Belajar Mengajar
Pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai bentuk mapun cara. Seperti diungkapkan Gagne (1985) bahwa pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kiat maupun seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang harmonis.
2.4 Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variabel strategi pergorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan pembelajaran sangat penting dalam sistem strategi pembelajaran secara keseluruhan. Bagaimanapun baiknya perencanaan strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pembelajaran, namun jika strategi pengelolaan tidak dipehartikan maka efektivitas pembelajaran tidak bisa maksimal. Pada dasarnya strategi pengelolaan pembelajaran terkait dengan usaha penataan interaksi antarsiswa dengan komponen strategi pembelajaran yang terkait, baik berupa strategi pengorganisasian maupun strategi penyampaian pembelajaran.
Strategi pengelolaan berkaitan dengan penetapan kapan suatu strategi atau komponen strategi tepat dipakai dalam suatu situasi pembelajaran (Degeng, 1989). Menurut Degeng (1989) paling tidak ada empat hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan, yaitu: 1) Penjadwalan pengunaan strategi pembelajaran ; 2) Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa ; 3) Pengelolaan motivasional ; 4) Kontrol belajar.![](https://docs.google.com/drawings/u/0/d/syPtv725OFWwV0PnTmz-vBw/image?w=529&h=216&rev=1&ac=1&parent=1pJczLZAHM317-4yT4yktQ-e_6FEqLj2FFRfhEWL8Xz4)
2.4.1 Penjadwalan Penggunaan Strategi Pembelajaran
Dalam setiap tindak pembelajaran, seorang guru harus mampu mebuat perhitungan secara akal sehat tentang strategi pembelajaran apa saja yang akan digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam suatu kegiatan pembelajaran seorang guru tidak mungkin menggunakan satu strategi saja, melainkan harus mampu meramu berbagai strategi sehingga menjadi satu kesatuan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk mampu merancang tentang kapan, strategi apa, dan berapa kali suatu strategi pembelajaran digunakan dalam suatu pembelajaran. Untuk menentukan strategi apa, kapan, dan berapa kali suatu strategi digunakan tentu sangat berhubungan dengan kondisi pembelajaran yang ada.
2.4.2 Pembuatan Catatan Kemajuan Belajar Siswa
Dalam mengajar seorang guru wajib mengetahui seberapa jauh isi pembelajaran yang telah diajarkan dapat dicapai oleh siswa. Karena hal tersebut merupakan suatu kewajiban, maka guru perlu mengadakan evaluasi / tes hasil belajar terhadap siswa, agar dapat diketahui tingkat kemajuan belajar siswa. Namun permasalahannya adalah kapan, beberapa kali, dan bagaimana cara melakukan tes hasil belajar tersebut? Hal ini tentu perlu dipertimbangkan oleh seorang guru. Dalam hal ini pengetahuan guru tentang ilmu evaluasi pembelajaran akan sangat membantu untuk menjawab pertanyaan : kapan, beberapa kali, dan bagaimana cara melakukan tes hasil belajar?
Catatan kemajuan belajar siswa sangat penting bagi guru, karena dapat digunakan untuk melihat efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang dilakukan dari hasil analisis terhadap efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil analisis terhadap efektivitas dan efisiensi pembelajaran, guru akan dapat menentukan langkah - langkah selanjutnya, seperti:
1) Apakah strategi pembelajar yang digunakan telah sesuai / belum?
2) Apakah rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh faktor guru atau siswa?
3) Apakah penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran sudah sesuai / belum. Faktor - faktor tersebut menjadikan pembuatan catatan kemajuan belajar siswa sangat penting.
2.4.3 Pengelolaan motivasional
Pengelolaan motivasional terkait dengan usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Jika motivasi belajar siswa rendah, strategi apa pun yang akan digunakan dalam pembelajaran, tidak akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pengelolaan motivasional menjadi bagian integral dan esensial dalam setiap proses pembelajaran. Setiap strategi pembelajaran pada dasarnya secara implisit telah mengandung komponen motivasional, walaupun dengan cara yang berbeda - beda. Namun, juga ada beberapa strategi pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Degeng (1989), peranan strategi penyampaian untuk meningkatkan motivasi belajar jauh lebih nyata dari strategi pengorganisasian. Hal ini berarti seni dan cara penjadwalan pengunaan strategi dapat memengaruhi motivasi belajar siswa. Mengingat hal tersebut, seorang guru harus mampu mengembangkan kiat - kiat khusus dalam melakukan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian.
2.4.4 Kontrol Belajar
Kontrol belajar terkait dengan kebebasan siswa untuk melakukan pilihan pada bagian isi yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran yang dipakai dan strategi kognitif yang digunakan ( Degeng, 1989 ). Agar siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan pilihan - pilihan tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan berbagai alternarif pilihan belajar bagi siswa. Jika guru mampu merancang pembelajaran yang demikian maka sistem pembelajaran yang bersifat individual akan dapat dilakukan. Dengan sistem pembelajaran yang demikian, guru lebih berperan sebagai perancang pembelajaran daripada hanya sebagai penyampai isi pembelajaran.
2.5 Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif
Kreativitas terkait langsung dengan produkrivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Bagaimana cara meningkatkan kreativitas yang masih terpendam dalam diri siswa? Menurut Wnkat dan Oreovoc (1995) meningkatkkan kreativtas siswa dapat dilakukan dengan:
a) mendorong siswa untuk kreatif
b) mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif
c) menerima ide - ide kreatif yang dihasilkan siswa.
Dalam usaha mendorong agar siswa menjadi kreatif, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a) mengembangkan beberapa pemecahan masalah yang kreatif untuk suatu masalah
b) memberikan beberapa cara dalam memecahkan suatu masalah
c) membuat daftar beberapa kemungkinan solusi untuk suatu masalah.
Dalam mengajari siswa agar menjadi kreatif, dapat dilakukan dengan:
a) mengembangkan ide sebanyak - banyaknya
b) mengembangkan ide berdasarkan ide - ide orang lain
c) jangan memberi kritik pada saat pengembangan ide
d) mengevaluasi ide - ide yang telah ada
e) menyimpulkan ide yang terbaik.
Menerima ide - ide kreatif yang dihasilkan siswa. Hal terpenting dalam tahap ini adalah menerima ide - ide siswa dan membantu siswa membangun ide - ide yang lebih cemerlang. Secara operasioanal hal ini bisa dilakukan dengan :
a) memberi catatan tentang aspek yang positif dari ide
b) memberi catatan tentang aspek negatif dari ide
c) memberi catatan hal yang menarik dari ide.
Menurut Marzono (1992), dalam proses pembelajaran konstruktivisme, guru harus mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif, yang ditandai dengan:
a) menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar yang teratur secara mandiri b) menumbuhkan sikap kritis dalm berpikir
c) menumbuhkan sikap kreatif dalam berpikir dan belajar.
Kreativitas dan produktivitas merupakan hal yang saling berkaitan, dan dalam proses pembeljaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan. Pada awalnya strategi kreatif-produktif disebut dengan strategi strata (Wardani, 1981), kemudian dengan berbagai modifikasi dan pengembangan strategi ini disebut dengan pembelajaran kreatif-produktif (Depdiknas, 2005). Pembelajaran kreatif-produktif merupakan strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pendekatan tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif (CBSA) yang juga dikenal dengan strategi inkuiri (Suchman, 1962; Joni, 1984; Black, 2003), strategi pembelajaran konstruktif (Murphy, 1997; Brooks, 1993) serta strategi pembelajaran kolaboratif dan koperatif (Molyneux, 1992; Lie, 2002). Strategi pembelajaran ini diharapkan dapat menantang para siswa untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai re-kreasi atau pencerminan pemahamannya terhadap masalah / topik yang dikaji.
Strategi pembelajaran kreatif-produktif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lainnya. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif antara lain:
1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.
2) Siswa didorong untuk menemukan / mengkontruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan.
3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama.
4) Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.
2.6 Tahap Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif
Dalam pelaksanaan pembelajaran, strategi kreatif-produktif harus dilakukan dengan tahap - tahap tertentu. Terdapat lima tahap strategi pembelajaran kreatif produktif, yaitu:
a) Orientasi
Tahap ini diawali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah - langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang diterapkan. Menurut Borich (1988), tahap orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberi arah dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat tentang langkah / cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan serta penilaian. Dalam tahap ini terjadi negosiasi antara siswa dan guru tentang aspek - aspek tersebut, namun pada akhirnya diharapkan terjadi kesepakatan antara guru dan siswa.
b) Eksplorasi
Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah / konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Melalui kegiatan eksplorasi siswa akan dirangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dan hal tersebut dapat memacu kegiatan belajar selanjutnya (Black, 2003). Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya cakupan bidang / bahasan yang akan dibahas. Agar eksplorasi terarah, guru harus membuat panduan signkat, yang memuat tujuan, waktu, materi, cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan.
c) Interprestasi
Dalam tahap ini hasil eksplorasi diinterprestasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan kembali. Tahap interprestasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran karena melaui tahap interprestasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah meninjau dari berbagai aspek. Interprestasi sebaiknya dilakukan pada jam tatap muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, setiap kelompok selanjutnya diharuskan menyajikan hasil pemahamannya di depan kelas dengan cara masing - masing, diikuti tanggapan oleh siswa lain. Pada akhir tahap ini diharapkan semua siswa sudah memahami konsep / topik / masalah yang dikaji.
d) Re-kreasi
Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannya terhadap konsep / topik / masalah yang dikaji menurut kreasinya masing - masing. Menurut Clegg dan Berch (2001) pada setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa dituntut untuk mampu menghasilkan sesuatu sehingga apa yang telah dipelajarinya menjadi bermakna, terlebih untuk memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari - hari.
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelanjar. Selama proses pembelajaran evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan kemampuan berpikir siswa. Hal - hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah kesungguhan mengejarkan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan / argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama.
2.7 Penerapan Strategi Kreatif-Produktif di Kelas
Secara operasional, kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran yaitu :
a) Orientasi
Kegiatan guru :
Mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah - langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian.
Kegiatan siswa :
Menanggapi / mendiskusikan langkah - langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian.
b) Eksplorasi
Kegiatan guru :
Fasilitator, motivator, mengarahkan, dan memberi bimbingan belajar.
Kegiatan siswa :
Membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing dengan internet, dan sebagainya.
c) Interprestasi
Kegiatan guru :
Membimbing, fasilitator, mengarahkan.
Kegiatan siswa :
Analisis, diskusi, tanya jawab, atau berupa percobaan kembali.
d) Re-kreasi
Kegiatan guru :
Membimbing, mengarahkan, memberi dorongan, menumbuhkembangkan daya cipta.
Kegiatan siswa :
Mengambil kesimpulan, menghasilkan sesuatu / produk yang baru.
e) Evaluasi
Kegiatan guru :
Melakukan evaluasi, memberi balikan.
Kegiatan siswa :
Mendiskusikan hasil evaluasi.
Komentar
Posting Komentar